Dalam mempertahankan kelestarian tenun sarung atau kain Donggala Komunitas Peduli Perempuan dan Anak Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh Adriani M Hatta melakukan pendampingan di tiga desa di kabupaten Donggala diantaranya Desa Limboro, Desa Towale dan Desa Salubomba Kecamatan Banawa Tengah dan di Kelurahan Watusampu Kecamatan Ulujadi Kota Palu dengan mengutamakan pewarna bahan alami.
Ani sapaan akrabnya menjelaskan pembuatan tenun mereka lebih memfokuskan penenun untuk menggunakan pewarna alami dari berbagai bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar rumah maupun di hutan sekitar desa atau tanama-tanaman yang ada di kebun-kebun masyarakat desa itu sendiri.
“Hal ini di maksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang terjadi akibat limbah pewarna tekstil yang sebelumnya dilakukan oleh penenun,”Ujarnya.
Ia menjelaskan pewarna alami itu sendiri selain dapat digunakan untuk mewarnai benang tenun, limbahnya dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman atau bunga yang ada di pekarangan rumah serta dapat menjadi pakan ternak penduduk Desa.
Adapun tehnik pewarnaaan pada benang sutra yang akan ditenun menjadi kain atau sarung donggala cukup sederhana dan mudah sehingga perempuan penenun dapat melakukannya sendiri dirumah.
Ia menguraikan pertama-tama benang sutra direbus dengan tawas (mordan) kurang lebih satu jam lalu didiamkan selama 24 jam lalu di bilas dengan air sampai bersih kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering benang siap untuk di warnai menggunakan pewarna alami antara lain menggunakan air rebusan, daun mangga, daun kelor, daun beluntas, daun kayumanurung, daun jati, sabut kelapa, kulit mangrove, kulit pohon nangka, kulit manggis, kulit rambutan, akar mengkudu Dan lain lain.
Caranya pun tidak membutuhkan waktu lama cukup mencelupkan benang sutra kedalam rebusan salah satu bahan-bahan tadi secara berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang maksimal kemudian dilanjutkan dengan fiksasi atau mengunci warna supaya tidak luntur atau pudar dengan cara mencelupkan kembali benang yang sudah di warnai tersebut kedalam salah satu larutan kapur sirih, tunjung atau tawas.
Setelah itu benang yang telah di fiksasi tersebut dibilas kembali dengan air besih sampai bersih dan tidak mengeluarkan warna lalu kemudian dikeringkan dengan cara mengangi-anginkan sampai benang tersebut kering hingga siap untuk di tenun.
Untuk pemasaran sarung atau kain tenun pewarna alami penenun dapat memasarkan sendiri namun jika merasa kesulitan maka penenun dapat membawa ke showroom tenun pewarna alam yang merupakan tempat penjualan tenun pewarna alami KPPA-Sulteng dan dapat melalui e-store ROA.